
Kegiatan pembelajaran di kelas menjadi salah satu obyek kunjungan
Matahari terang benderang, walau semalam Kota Makassar diguyur hujan deras pertanda musim hujan sementara memainkan perannya. Hari itu Kamis 22 Januari 2009 di SD Negeri Mawas Gugus 1 Mamajang, jam menunjukkan pukul 09.00 Wita, di setiap ruang kelas dipadati puluhan guru dan kepala sekolah yang berasal dari kecamatan Panakukang Kota Makassar, yang berjarak kurang lebih 10 kilometer bertandang ke sekolah itu untuk menimbah dan berbagi pengalaman dengan guru dan kepala sekolah binaan DBE2.
Mereka secara spontan menyerbu dan mewawancarai guru yang sementara melakukan proses pembelajaran. Suasana yang demikian membuat sebagian siswa terpesona, entah apa yang ada dihati dan pikiran mereka. Murid-murid kelas 1 sampai kelas 6, menganggap bahwa pemandangan hari itu ada hal yang biasa mereka saksikan sepanjang bulan dan tahun,mengingat sekolah telah menjadi salah satu pilihan kunjungan dari berbagai kalangan dan daerah untuk melihat perkembangan dari sebuah proses pembinaan yang dilakukan oleh DBE2-USAID. Masih teringat di akhir Oktober 2008, sekolah ini dikunjungan oleh guru-guru dari kabupaten Teluk Bintuni, propinsi Papua Barat dengan tujuan yang sama, berbagi pengalaman.
Senyum manis terus menghiasi bibir Abdul Salam yang menahkodai sekolah ini, walau baru dalam hitungan bulan. Sikapnya yang ramah dibalut rasa kekeluargaan membuat 60 orang guru bersama kepala SD di kecamatan tetangga tidak sungkam untuk berdiskusi dan bertanya seputar manajemen dan kualitas pembelajaran di sekolah yang dipimpinnya, tak ketinggalan seluruh guru turut larut dalam suasana yang tak kalah ceriahnya berbagi dengan rekan seprofesinya yang menjadi tamu mereka hari itu.
Secuil kisah SD Negeri Mawas
Sekolah ini terletak dijantung Kota Makassar, tepatnya di jalan Mawas, di samping belakang Mall Ratu Indah (Mari) dan Hotel Sahid yang terkenal di Kota Makassar, jarak dari kedua tempat itu hanya 50 meter. Tidak heran jika posisinya yang demikian dianggap rawan dari sisi keamanan maupun pembinaan anak-anak. Sekolah inipula termasuk satu dari sekian banyak sekolah dasar yang ada di Kota Makassar dengan usia puluhan tahun. Walaupun letaknya di jantung kota, kondisi fisik bangunan ini setahun yang lalu sangat miris atau memprihatinkan.
Berangkat dari kondisi demikian, dengan sentuhan hati tim sekolah, yang terdiri dari kepala sekolah,guru,pengawas,komite bahu-membahu merintis sekolah ini agar setara dengan sekolah lainnya.
”Kalau musim hujan, sekolah kami tergenang air. Maklum pak, bangunan di sekitarnya lebih tinggi dari sekolah kami, dan drainasenya kurang lancar. Jadilah kubangan dan tempat genangan air di musim hujan”, ucap Abdul Latif salah seorang guru senior. Lain halnya Nurbaeti guru yang telah mengabdikan dirinya di sekolah ini lebih 20 tahun., ”Dulunya sekolah kami sebelum dibina dbe2, selain langganan banjir, bangunannya yang sudah dimakan usia dan nyaris ambruk setiap saat menghantui hari-hari kami. Kesan yang jorok itulah menyebabkan sebagaian orang tua murid berpikir untuk menyekolahkan anaknya di sini”, ucapnya lirih di tengah-tengah kesibukannya meladeni beberapa tamu hari itu.
Perjalanan panjang dan kisah menarik dari sekolah ini, membuat Winda Nadira,Kepala Sekolah sebelumnya dengan niat yang tulus ikhlas berupaya membalikkan kondisi yang miris menjadi kondisi yang menakjubkan dan menjadi salah satu sekolah yang bersih,indah dan pusat perhatian beberapa kalangan belakangan ini. Perlahan tapi pasti, sekolah ini bangkit dari bayang-bayang dan mimpi buruk menjadi sekolah yang bermartabat. Sentuhan hati dan buah tangan Winda Nadira di pertengahan tahun 2008 dilanjutkan oleh Abdul Salam hingga saat ini.
Kesedihan berubah jadi kebahagian
Jangan terlalu lama bersedih, tapi berusahalah dan berdoa, karena semua pasti ada jalan keluarnya. Sepenggal kalimat itu, yang menjadi spirit guru dan kepala sekolah untuk menatap masa depan dan melangkah setapak demi setapak, mengubah image masyarakat dari sekolah yang jorok menjadi sekolah percontohan. ”Belum ada penghargaan yang kami terima,untuk dikatakan sekolah kami sekolah percontohan, dan kami tidak butuh penghargaan, tapi kami berbuat ikhlas dan menunjukkan bahwa sesuatu yang selama ini membuat kami bersedih menjadi membuat kami semua bahagia. Penghargaan itu ada di hati sanubari kami, yang tidak bisa diukur dengan rupiah”, ujar Abdul Salam dengan serius di depan para tamunya.
Ayu bersama Barlina Luminta, dua orang kepala sekolah yang ikut serta berkunjung, mengungkapkan rasa haru dan bahagia dapat menimbah banyak pengetahuan dan pengalaman menyangkut manajemen dan praktek pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang ditunjukkan guru-guru di sekolah ini. ”Kami terkesan dengan alat peraga murah yang dibuat dan digunakan secara optimal untuk mendukung pembelajaran”, ujarnya dengan nada serius. Spirit yang ditunjukan guru dan kepala sekolah di sini adalah modal yang tak terhingga dan dapat dijadikan contoh bagi kami membangun sebuah komunitas sekolah yang efektif. Spirit itu dapat memberi ilham untuk tegar mengabdi di tengah-tengah modernisasi dan kehidupan yang materialistrik saat ini.
Sikap untuk mengabdi tanpa pamrih yang ditunjukkan sebagian guru sosial adalah potensi berharga memajukan sekolah. ”Memang belum ada yang dapat kami buktikan tentang kualitas anak didik kami, yang masih seumur jagung dibina dbe2, tetapi ini adalah investasi jangka panjang yang dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Kebahagian bukan hanya dapat diukur dengan materi semata, tetapi kebahagian sebagai insan pendidik diukur dengan keinginan berbagi dan bakti sebagai bukti”, tegas Abdul Salam yang disambut tepuk tangan tamunya.

Suasana guru dan kepala sekolah yang berkunjung di SDN Mawas

Pesona salah satu ruang kelas yang memukau tamu yang berkunjung
Filed under: Berita, Cerita Sukses | Tagged: pendidikan dasar, Peningkatan Profesionalisme Guru |
Laporan yang menarik dan sangat informatif. Terimakasih Pak Amir. Maju terus!
Sebuah laporan edukasi yang genial . kami nantikan berita menarik lainnya tq pak
Ya Wati Kursus mohon diperhatikan juga. Ya banyak juga Siswa / palajar kots Sibolga Yang Wati Kursus didik (trampilkan) ya pastinya di bidang Bahasa Inggris Pemko Sibolga Ya perhatikan juga LPK “Wati Kursus” Sibolga kota Terdidik dan ber Bilang Kaum ini adalah miliki kita warga. Maju selalu Pariwisata Kota Sibolga
Memang untuk maju banyak rintangan, apa lagi sekarang sekarang sekolah telah semua berbahasa pengantar”Bahasa Inggris” ya sebenar nya Orang Tua lebih cepat mengarahkan anak mereka untuk memasukki “Wati Kursus” untuk kemahiran Bahasa Inggris Jangan sempat salah dengan Structure Dan Grammar yang asal2an Hanya Percakapan Pasaran Anak Kita Korban