Aku sering kali dikagumi karena keindahan aku. Aku bisa berubah rubah menjadi warna biru, hijau, putih bening, coklat atau hitam. Bila aku berada dilautan, maka dari kejauhan aku akan tampak berwarna biru atau hijau. Bila aku berada di sungai yang penuh sampah, maka aku akan tampak coklat. Bila aku berada di got, maka aku berubah menjadi hitam. Aku paling senang bila berada di kolam renang, karena warna asli ku yang putih bening akan terlihat. Sangking transparannya warna aku, kalian bisa melihat apa saja yang ada di dalam kolam renang.
Tapi aku juga acap kali ditakuti, karena bila aku marah…aku mampu menyapu bersih dan membawa apa saja yang ada didepan aku. Mereka sering melihat aku sebagai ”musibah” yang membawa ketakutan, kecemasan dan kesedihan. Padahal kalau mereka bisa menjaga kelestarian alam disekitarnya, aku tidak mungkin berada didataran rendah. Gampang kok untuk mengurus aku. Cukup dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak menebang pohon seenaknya, menjaga keseimbangan ekosistim khususnya di hutan hutan, dan tidak membangun perumahan di dataran yang menjadi peresapan air. Sayangnya, manusia tidak memperdulikannya. Mereka anggap itu adalah hal yang sepele yang tidak perlu dibesar besarkan. Tetapi akan menjadi persoalan sangat besar, bila aku terpaksa harus berada di zona yang bukan tempat aku. Dengan kesal bercampur sedih mereka menggerutu ”Aduh…rumah aku terendam air lagi setinggi 2 meter. Barang barang aku rusak kemasukan air dan dokumen dokumen penting hancur!” Tidak jarang aku menyaksikan tangis pilu mereka, saat anggota keluarganya atau hewan piaraannya terpaksa aku telan. Mereka sedih karena tidak dapat menyelamatkan orang orang yang mereka sayangi. Yang selalu aku dengar mereka berkata sambil menangis histeris ”tolong….anak/suami/isteri/kekasih aku hilang..hanyut terbawa air..banjir yang datang tadi subuh.”
Banyak yang mengambil photo photo aku pada saat aku harus meluap. Tetapi hanya sekedar mengabadikan saja, tanpa berusaha untuk menjadikan luapan aku sebagai momentum tanda yang harus diperhatikan agar luapan luapan berikutnya tidak terjadi.
Siswa – siswi Kelas VI SDN Tegalurung 2, Kecamatan Balongan, kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, bersama dengan tim video kreatif dari USAID – DBE2 Jawa Barat dan Banten, menjadikan aku sebagai subyek dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Tujuannya umumnya adalah untuk menginsiparasi guru bagaimana materi – materi ajar di mata pelajaran IPS dapat diberikan secara menarik dan interaktif. Sehingga siswa siswi dapat memahami dengan mudah dan menyenangi pelajaran IPS. Sedangkan tujuan khususnya adalah Siswa dapat menyebutkan berbagai macam gejala alam, siswa dapat menjelaskan tindakan pencegahan (preventif) terhadap bahaya banjir dan siswa dapat membuat alat pendeteksi banjir sederhana sebagai tindakan represif untuk menghadapi peristiwa banjir.
Guru, siswa dan staff DBE 2 Bandung (termasuk DLC & MTT Indramayu) bahu membahu agar proyek pembuatan video tentang aku berjalan sukses. Mereka tanpa mengenal lelah; ditempa panas, hujan dan angin malam, mencoba untuk membuat hujan buatan dan mencari faktor penyebab meluapnya aku (terjadinya banjir). Pra produksi dilakukan tanggal 12 – 16 Oktober 2009, produksi dilakukan selama 5 hari, 2 – 6 November 2009 dan paska produksi tanggal 30 November – 4 Desember 2009. Hal yang paling mengharukan aku rasakan pada saat tim membuat hujan buatan dikegiatan pra produksi. Mereka mencoba beberapa cara untuk membuat hujan buatan dari jam 4 sore sampai jam 8 malam, dengan cara pipa dilobangi dengan jarak 1 cm, diperkecil menjadi 0.5 cm, menaikan air ke selang dan diteruskan ke pipa dengan cara manual – disedot dengan mulut, dan akhirnya menggunakan jetpam. Air yang digunakan bukanlah air ledeng, tetapi air kali / empang disekitar rumah yang dijadikan tempat untuk pembuatan film tentang aku. Akhirnya hujan buatan mirip dengan hujan asli dapat dihasilkan. Dan kegiatan shooting pun dimulai setelah jam 8 malam.
Saat menunggu tim kreatif membuat hujan buatan, pemeran Kandil (Sofyan) dan mirna (Susi) dan para pemain pendukung dengan sabar menunggu, bahkan untuk menghilangkan rasa bosan, mereka berlatih dan bercanda.
Malam berikutnya, mereka membuat hujan buatan diatas dek kapal penangkap ikan. Kekompakan dan semangat kerja tim disini patut diacungkan jempol. Suatu pekerjaan yang menguras energi dan pikiran. Mereka mulai shooting subuh dan pulang ke hotel larut malam. Sekalipun kelelahan nampak diwajah mereka, namun kecerian tetap terpancar dalam canda tawa.
Kelelahan mereka terbayar setelah uji coba demi uji coba dan banyaknya umpan balik yang masuk ke tim (pra produksi dan produksi) tentang aku berhasil dengan sempurna seperti yang mereka harapankan. Aku bangga menyaksikan bagaimana mereka belajar tentang siapa aku dengan begitu antusias dan aktif.
Yang lebih membuat aku semakin terharu dan bangga, mereka mengerti bagaimana proses terjadinya banjir melalui kegiatan simulasi tentang langkah langkah preventif apabila banjir akan datang dan dengan melakukan penanaman pohon mangrof .
Hal ini kelihatan sepele tapi dampaknya sangat berbahaya bagi kelangsungan makhluk hidup, baik secara ekonomis maupun psikologis, kalau kita tidak menjaga dan peka terhadap perubahan lingkungan disekitar kita.
Semoga hasil karya mereka dapat memberikan insiprasi bagi guru-guru yang lain bagaimana memberikan materi ajar IPS yang PAKEM.
(Esther Roseanty Agustina – de Saint Vis, 170310)
Filed under: Uncategorized |
Tinggalkan Balasan