Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing

Itulah moto yang tepat untuk menggambarkan kegiatan pendampingan paska pelatihan guru PBS & Pengawas tahap 2 ini di gugus Tangerang dan Karawaci, Kota Tangerang. Udara yang begitu panas, arus lalu lintas yang padat dan tidak teratur, tidak menyurutkan semangat tim pendamping dari masing masing gugus, yang terdiri dari: 2 MTT (Master Teacher Trainer) , 5 guru-guru PBS, 1 Pengawas Pendais dan 2 Pengawas TK/SD, untuk mendampingi rekan rekan sejawatnya dalam melakukan pembelajaran di kelas.

Apa yang istimewa dari kegiatan pendampingan paska pelatihan saat ini? Yaitu konsep pendampingan yang diterapkan kali ini adalah ”Pendampingan didalam Pendampingan”. Maksudnya adalah DLC (District Learning Coordinator) dan CPUM (Coordination Project Unit Manager) tidak hanya ikut melakukan kegiatan pendampingan tetapi juga melakukan observasi terhadap kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh tim pendamping dan guru-guru terdamping. Dalam hal ini, tim pendamping akan didampingi oleh DLC dan CPUM dalam melaksanakan setiap tahap kegiatan dalam pendampingan. Diharapkan bahwa tidak hanya guru-guru terdamping saja yang merasakan manfaat kegiatan pendampingan, tetapi juga tim pendamping sendiri. DLC dan CPUM akan menerapkan sistematika pola yang biasa diterapkan tim pendamping kepada guru-guru terdamping. DLC dan CPUM akan mengajak tim pendamping untuk menemukan sendiri kekuatan dan hal-hal yang perlu ditingkatkan sebagai seorang pendamping.

Selama kunjungan observasi 4 hari (6-9 April 2010) di gugus Tangerang dan , Karawaci, observer dibuat kagum dengan suasana yang penuh canda tawa dan kekeluargaan diantara tim pendamping dan guru-guru terdamping, selama proses pendampingan berlangsung. Tidak ada kesan ”saya lebih senior dari kamu” atau ”saya lebih pintar dari kamu.” Sikap yang sangat kooperatif baik dari tim pendamping maupun guru guru yang didampingi, membuat kegiatan pendampingan menjadi sangat menyenangkan.

Guru guru terdamping terlihat sangat relax dan percaya diri dalam memberikan materi ajar di kelas, sekalipun ada tim pendamping ikut menngamati kegiatan proses pembelajaran di kelas. Murid murid pun tidak terlihat canggung dengan kehadiran seorang pendamping di dalam kelas. Pembelajaran berjalan normal seperti biasanya.

Kegiatan pembelajaran di kelas IV – MI Al Itjihad (Karawaci)

Kegiatan paska pendampingan atau istilah lainnya adalah Post Conference di gugus Tangerang, dilaksanakan dengan suasana yang rileks tapi tetap berfokus pada poin poin yang perlu didiskusikan. Tidak terlihat adanya jarak antara guru, guru PBS, Kepala Sekolah, MTT dan Pengawas TK/SD.

MTT Kec. Tangerang, ibu Hj. Neng dan Pak Cahyani, Pak Sudirman (Pengawas TK/SD) dan ibu Mintarsih (guru PBS) adalah salah satu dari beberapa tim pendamping, yang kedatanggannya dinanti nanti oleh para guru. Salah satu strategi yang mereka terapkan adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong guru terdamping untuk menggali sendiri kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh guru tersebut selama proses kegiatan pembelajaran di kelas, dan membantu guru tersebut untuk menemukan kelemahan-kelemahannya sendiri serta membimbing guru tersebut untuk membuat langkah-langkah perbaikan. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh ibu Hj. Neng kepada guru terdamping adalah: ’Apa yang ibu rasakan dengan melakukan persiapan pembelajaran sebelum mengajar?” Coba apakah menurut ibu / bapak kegiatan per kelompok dilakukan dengan cara…..dst.

Disamping pendekatan secara pribadi, tutur kata yang sopan dan lembut serta tidak terkesan menggurui, merupakan salah satu faktor yang disukai oleh guru-guru terdamping.

Meskipun kegiatan paska pendampingan (Post Conference) di gugus Karawaci terkesan sedikit formal, tapi tidak terlihat adanya jarak antara guru terdamping dan pendamping. Ada 2 point yang cukup menarik bagi observer selama mengamati proses paska pendampingan antara pendamping dan guru terdamping. Disini, guru terdamping sudah memahami pentingnya memasukan nilai nilai kecakapan hidup dalam pembelajaran. Guru tersebut berusaha tidak hanya memperkenalkan bagaimana bentuk dan sifat bangun datar, tetapi mencoba mengkaitkannya dengan skill yang dapat diolah oleh anak anak untuk bekal kehidupan mereka di masa depan. Pendamping, dengan gaya bahasa yang menarik mencoba memberikan masukan kepada guru yang bersangkutan agar melibatkan orang tua murid dalam membuat/ membawa alat peraga (media belajar). Sehingga tanpa disadari oleh orang tua, mereka sebenarnya terlibat dalam kegiatan pembelajaran anak anaknya.

Ada hal yang cukup menarik selama obeserver memdampingi tim pendamping dan guru guru terdamping, yaitu pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh guru-guru cukup menggelitik dan menuntut kepiawaian para pendamping untuk memnberikan jawaban. Salah satu guru kelas 1 dan 2, mengajukan pertanyaan ”Apakah bisa bagi anak-anak yang sudah selesai mengerjakan tugas, dan sambil menunggu teman-temannya yang lain selesai, daripada bengong, saya suruh membaca buku buku cerita (menerapkan pola reading program) untuk memperlancar kemampuan membaca mereka?” Dengan tutur bahasa lugas dan sopan, pendamping mendukung ide guru tersebut, karena memang penekanan pembelajaran bagi anak anak di kelas 1 dan 2 adalah CALISTUNG.

”Semangat Kemitraan” bukan lagi hanya slogan semata, tetapi benar benar sudah menyatu di dalam setiap ruang gerak dari para tim pendamping dan guru guru terdamping. Mereka saling belajar, berbagi ilmu dan tidak saling menggurui. Ternyata pendampingan bukanlah suatu hal yang menyebalkan bila semuanya sama-sama kita pikul dan jinjing.

Hal lain yang cukup membanggakan adalah ternyata kedatangan MTT dan Guru PBS di gugus Tangerang maupun gugus Karawaci sangat dinanti nanti oleh para guru.

Esther Roseanty Agustina – de Saint Vis, 090410)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: