Indonesia International Work Camp (IIWC) berbagi pengalaman dengan warga PSBG Dwarawati Blora

Foto Bareng Pengelola PSBG dengan anggota IIWC

Foto Bareng Pengelola PSBG dengan anggota IIWC

Sejak berdirinya PSBG pada bulan Januari yang lalu sampai sekarang sudah banyak manfaatnya bagi warga Gugus Abu Umar, khususnya para guru untuk meningkatkan profesionalismenya, dimana guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Sudah banyak kegiatan yang dilakukan oleh PSBG Dwarawati yaitu pelayanan pendidikan bagi guru, dan banyak pula penghargaan yang diperoleh PSBG Dwarawati, diantaranya adalah mendapatkan tropy juara pertama Program kerja terbaik dari DBE-2 Prop, juara 2 pembuatan APM dari DBE-2, dan sambutan yang baik dari para pejabat dan masyarakat ketika PSBG mengikuti stand Pameran pendidikan dalam rangka memperingati Hardiknas di GOR Pringgodani Blora.
Pada tanggal 9 Agustus yang lalu kegiatan KKG diisi dengan penularan pendidikan SD dari beberapa negara yaitu Korea, Jepang, Perancis, Thailand, AS, dan Australia. Kegiatan ini adalah kerjasama antara PSBG Dwarawati dengan IIWC (Indonesia International Work Camp) yaitu pertukaran pemuda dan pelajar Indonesia dengan luar negeri.
Dari IIWC yang mengisi kegiatan tersebut berasal Jepang, Korea dan Perancis. Tim dari IIWC berjumlah 7 orang yaitu 3 orang dari Jepang, 1 orang dari Korea, 1 orang dari Perancis dan 2 orang dari Unbra selaku penerjemah. Mereka berlima bercerita tentang pengalaman pendidikan ketika masih duduk di SD dan mengisi beberapa keterampilan untuk anak SD.
Diawali cerita Takazawa Hayato (pelajar dari Jepang). Dia orang Jepang yang pernah menjalani SD di AS sampai kelas 4, kemudian kembali ke Jepang. Di AS setiap pelajaran memiliki guru yang berbeda, sedangkan di Jepang satu guru yang sama mengajar Matematika IPA dan IPS. Orang Amerika suka merayakan sesuatu, misalnya hari ulang tahun , dia akan mentraktir teman-teman sekelas, makan kue ulang tahun dan minum jus bersama-sama di dalam kelas. Di Jepang hal ini tidak diperbolehkan. Guru akan menyuruh keluar kelas murid yang makan atau minum di dalam kelas.
Ketika belajar membaca dia tergabung dalam kelas ESL, yaitu kelas khusus bagi orang asing yang tinggal di AS. Di kelas ESL dia belajar bahasa Inggris yang lebih mudah jika dibandingkan dengan kelas reguler. Untuk melatih menulis dia menulis diary setiap hari. Waktu itu dia tidak bisa menulis banyak kata jadi dia hanya menulis satu kalimat saja seperti “ I played with my friend “. Kalimat ini terlalu sederhana sehingga guru marah padanya. Di AS dia juga selalu merayakan perayaan seperti Halloween, Thaksgiving, Natal dan Paskah.

Takemoto Mamiko dari Jepang bercerita tentang :
Kompetisi membaca paling banyak buku dalam satu bulan.
Guru akan memberi satu tanda stempel setiap satu buku yang selesai dibaca. Umumnya di semua sekolah di Jepang mempunyai perpustakaan sehingga dia bisa meminjam buku sebanyak mungkin dengan gratis. Tanda stempel tersebut akan membuat murid-murid berkompetisi karena sangat mudah untuk membandingkan siapa yang telah membaca buku paling banyak. Kegiatan ini sangat baik untuk meningkatkan kebiasaan atau minat baca anak.
Olah raga Tradisional Jepang ( disebut “Olah raga radio” )Liburan musim panas Jepang adalah sekitar 40 hari. Selama waktu liburan mereka harus mengikuti olah raga di taman dekat rumah masing-masing dimulai pada jam 6.30 setiap hari. Mereka akan mendapatkan satu tanda stempel di kartu kalender setiap kali mereka mengikuti olah raga. Setelah libur berakhir, mereka harus memberikan kartu kalendr tersebut kepada guru. Murid yang mengikuti olahraga setiap hari akan mendapatkan hadiah atau penghargaan. Hal ini dapat membuat para murid bangun pagi walaupun dalam masa liburan.
Pelajaran yang berhubungan dengan kebudayaan.Seperti pelajaran Shuji (kaligrafi kanji Jepang) yang diadakan satu minggu sekali dan pelajaran simpoa.

Tana Shoko ( Jepang ) Dia pernah tinggal di AS, Thailand, Australia dan Jepang.
Di Thailand para murid duduk memutar sehingga mereka dapat berbicara pada banyak teman dan lebih menyenangkan. Di Thailand satu kelas ada 40 siswa dan ada 2 guru di setiap kelas. Sedangkan di Australia dia mendapatkan buku catatan PR untuk menuliskan PR apa yang didapatkan dan deadline pengumpulannya Untuk kelas bahasa dia boleh memilih bahasa Perancis atau hahasa Jepang.
Ketika pertama masuk sekolah, para siswa dibagi menjadi 4 tim : merah, biru, hijau, kuning. Disetiap warna terdapat murid dari semua tingkat. Dan disetiap tahun selalu diselenggarakan berbagai kompetisi seperti festifal olahraga, festifal musik, festifal drama dll. Ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk lebih dekat dengan kakak kelas atau adik kelas.
Perbedaan yang besar antara Australia dan Jepang adalah para gurunya. Di Australia para guru sangat dekat dengan murid. Atmosfirnya juga sangat mendukung, tidak hanya para murid yang antusias untuk belajar tetapi para guru juga ingin belajar dari para murid.

Tim IIWC sedang beramah tamah dengan peserta KKG

Tim IIWC sedang beramah tamah dengan peserta KKG

Audrey Siberil dari Perancis bercerita bahwa Sekolah Dasar di Perancis adalah dari kelas 1 sampai kelas 5. Ada tiga pelajaran utama : matematika, bahasa Perancis, sejarah dan Geografi. Di setiap kelas terdapat 25 murid.
Pelajaran menulis.Pada level pertama siswa belajar tentang bunyi terlebih dahulu daripada belajar huruf ( contoh huruf “A” , pengucapannya : A:A, AU:O, AI:AY ). Satu bunyi setiap hari. Pada hari selanjutnya akan diadakan interogasi pelafalan. Contoh cara latihan pelafalan : Mencongak → guru mengucapkan kata dan murid menulis di papan tulis kecil, kemudian secepat mungkin menunjukkan nya pada guru.
Permainan puzzle → dalam sebuah kotak terdapat huruf-huruf dan murid harus merangkaikan huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata.
Intervensi (pelajaran dari selain guru)Perawat : mengajarkan tentang kebersihan diri seperti mandi, menggosok gigi, mencuci tangan dll. Juga pelajaran tentang makanan sehat.
Polisi : pelajaran bersepeda dan rambu-rambu lalu lintas.

Kim Jin-hyuk dari Korea bercerita. Sebelum Korea menjadi negara maju, para orang tua di Korea berfikir bahwa pendidikan sangat penting bagi masa depan anak-anak. Jadi, para orang tua di Korea mempunyai perhatian yang sangat tinggi terhadap pendidikan.
Pada masa sekarang banyak anak-anak yang mempunyai kelas tambahan (les atau kursus) setelah mereka pulang sekolah. Mereka harus belajar dalam waktu yang lama sekitar 8-10 jam sehari, sehingga mereka tidak banyak waktu untuk bermain bersama teman atau keluarga. Oleh karena itu, sekarang ini banyak sekolah di Korea yang menganjurkan murid untuk melakukan pembelajaran bersama keluarga seperti pergi piknik bersama keluarga, pergi kemusium atau kebun binatang bersama keluarga.

Setelah berakhirnya Penularan pengalaman pendidikan di SD dari beberapa negara tersebut, para peserta KKG merasa puas dan menyambut gembira dengan kegiatan seperti ini. Dimana para guru mendapat pengalaman baru yang mungkin ada hal-hal yang bisa diterapkan di sekolah masing-masing demi meningkatkan mutu pendidikan khususnya di Blora Jawa Tengah dan umumnya di Indonesia agar tidak ketinggalan dengan negara lain.

Penulis : SUBYANTO, S Pd
SUMARSIH
MTT Gugus Abu Umar
Kecamatan Blora.
Kabupaten Blora
Jawa Tengah.

Satu Tanggapan

  1. hallow kak mettta koq e-mail q ga d bles sie.. kak masih ktmu ma hayato or his friends ga’ gak xlo ktmu blang ya dpt salam dr q (he…)

Tinggalkan komentar