Cara Budidaya Pohon Jati

Siapa yang tidak kenal dengan Kota Blora? Kota kecil namun tenang, terletak di Pripinsi Jawa Tengah bagian timur. Berbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Banyak juga orang yang menyebutnya dengan “kota sate”.

Tetapi pada saat ini kita tidak akan membicarakan masalah makanan, terutama sate. Ada satu hal lagi yang menarik dari Kota Blora, dan ini lebih terkenal, tidak hanya di Jawa Tengah, namun di seluruh Indonesia bahkan sampai ke manca negara. Apalagi kalau bukan pohon jati. Jadi, kalau bapak ibu datang ke kota Blora, tengok aja ke kanan kiri jalan pasti akan disuguhi pemandangan yang indah, yakni hutan jati.

Mungkin Anda penasaran, bagaimana cara membudidayakan pohon jati supaya dapat tumbuh dengan subur. Apabila Anda tertarik, ikuti petunjuk berikut ini !

budi-daya-jati

Sebelum mulai menanam pohon jati, ada beberapa tips/cara yang perlu kita perhatikan.

  • Pilihlah benih jati yang baik dengan ketentuan berdiameter 1-1,5 cm.
  • Jemur benih jati tersebut sampai betul-betul kering.
  •  Setelah bibit jati itu kering, rendamlah bibit tersebut dengan campuran air accu dan air tawar dengan perbandingan 1 : 10 ( air accu 1 liter perlu air tawar 10 liter ) selama 3 hari.
  • Selanjutnya benih jati tersebut diangkat dan ditiriskan atau ditus selama 0,5 sampai 1 hari.
  • Siapkan media / bedeng tabur ukuran sembarang, dan di sekelilingnya dibuatkan pembatas.
  • Setelah media / bedeng siap, taburkan benih jati tersebut di atas bedengan.
  • Setelah benih jati ditabur semua, kemudian benih tersebut kita timbun dengan pasir hitam/pasir bengawan setebal 1,5-2 cm.
  • kemudian kita tutup bedeng tersebut dengan plastic, kalau tidak ada plastic bias kita tutup dengan dedaunan.
  • Selama di dalam bedeng, benih tidak boleh kering harus diatur kelembabannya.
  • Kemudian kita tunggu selama 7 – 14 hari.
  • Kalau sudah berkecambah harus kita pindahkan ke polibek yang sebelumnya sudah kita siapkan.
  • Polibek yang kita siapkan berisi tanah, pupuk organic/kandang, dan rambut padi, dengan perbandingan 1 : 3 : 2.

Selamat mencoba………………………………!

Ditulis oleh : Sarjono,S.Pd ( LRC Borobudur Banjarejo Blora.)

Sangat Besar, Peranan DBE 2 dalam Peningkatan Kualitas Guru

DBE 2 melalui pelatihan-pelatihan yang diadakannya sangat besar peranannya dalam meningkatkan kualitas guru-guru di MI Al-Akbar Sawahan Ngemplak. Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Sriyati, guru SDN 02 Gagaksipat Ngemplak Boyolali. Peneiltian yang dibuat setebal 71 halaman ini merupakan skripsi yang disusun dalam rangka penyelesaian studi di STAIN Surakarta.

Bu Sriyati didepan PSBG Dwijo Utomo Ngemplak Boyolali

Bu Sriyati didepan PSBG Dwijo Utomo Ngemplak Boyolali

Menurut Sriyati dalam penelitian yang berjudul PERANANAN USAID (DBE 2) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU MI (STUDI KASUS DI MI AL AKBAR SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI), pelatihan-pelatihan yang diadakan DBE 2 telah membantu guru dalam meningkatkan pengelolaan kelas, kualitas guru dalam melaksanakan KBM juga meningkat serta proses KBM lebih bervariasi. Disebutkan pula berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah guru, pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh DBE 2 yang meliputi pelatihan guru dan manajemen sekolah, training alat peraga pendidikan, workshop pemanfaatan teknologi, pelatihan pengelolaan kelas dan sekolah, pelatihan pembelajaran efektif, pelatihan pembelajaran model interaktif, training pembelajaran dengan teknologi yang tepat serta penyediaan modul untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Dalam kesimpulan hasil penelitian disampaikan, sebelum adanya program pelatihan dan pendampingan dari DBE 2 USAID, kualitas guru di MI Al-Akbar Sawahan smasih kurang atau rendah, setelah adanya DBE 2 USAID kulaitas guru semakin meningkat. Guru lebih siap dalam pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran siswa lebih terencanakan, dalam kegiatan belajar mengajar guru menggunakan alat-alat peraga pendidikan yang mudah dijumpai dilingkungan sekitar, proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran PAKEM, serta penyampaian materi pelajaran oleh guru menggunakan pola penggabungan metode pembelajaran, serta guru bukan hanya sebagai penyampai informasi namun juga sebagai fasilitator dan motivator (halaman 68).

Cerita Sukses dari "Workshop PSBG" di Gugus Ki Ageng Selo

Sudah hampir setahun yang lalu “Workshop PSBG” Gugus Ki Ageng Selo berlangsung. Namun tak ada salahnya cerita kami review kembali.  Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 10 – 12 Juli 2008, bertempat SD Negeri 3 Selo, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah dan diikuti oleh Kepala Sekolah Dasar, 2 orang guru dan 1 orang Komite sekolah dari masing-masing sekolah binaan DBE 2 Jawa Tengah.

Workshop ini diselenggarakan dengan tujuan memperoleh kesepahaman bersama warga gugus agar dapat mengelola PSBG (Pusat Sumber Belajar Gugus) dengan baik. Kriteria PSBG yang baik tidak hanya ditentukan oleh gedung megah dan peralatan  canggih, tetapi ditentukan oleh bagaimana cara memanfaatkan barang- barang dan peralatan yang ada di PSBG agar dapat digunakan dan membantu para guru di dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

Bertindak sebagai fasilitator dalam pelatihan ini adalah; DLC, LRC/MTT, PBS dan Pengurus Gugus. Dalam pelatihan ini,  peserta diberi materi pelatihan yang meliputi:

  1. Integrasi kegiatan PSBG dengan kegiatan lain.
  2. Pengenalan program hibah dari DBE 2.
  3. Penggunaan starter kit.
  4. Penggunaan alat perga murah dalam pembelajaran.
  5. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
  6. Pengenalan ICT (Information and Communication Technology).

Workshop PSBG ini dapat membuka wawasan para peserta khususnya guru bahwa didalam penyampaian materi pelajaran perlu adanya media (alat bantu/peraga ). Seperti yang diutarakan oleh Slamet,S.Pd salah seorang peserta mengatakan bahwa dengan pelatihan seperti ini akan menambah pengetahuan dan ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Melalui pelatihan ini membantu para guru untuk dapat membuat alat peraga dari bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar dan dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa.

Hadir pada acara penutupan pelatihan, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Dasar Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, Bapak Sumartono, S.Pd., M.M. Dalam pidato sambutannya, beliau menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada DBE 2 Jawa Tengah yang telah membantu peralatan dan memberi pelatihan kepada warga gugus Ki Ageng Selo. “Semoga kegiatan seperti ini dapat membantu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Grobogan dalam meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan gugus Ki Ageng Selo khususnya dan Kecamatan Tawangharjo pada umumnya”, demikian ungkap Bapak Sumartono.

-Telah disunting oleh Aflah, ICT Assistant DBE 2 Jawa Tengah- 

Cerita Sukses dari "Workshop PSBG" di Gugus Ki Ageng Selo

Sudah hampir setahun yang lalu “Workshop PSBG” Gugus Ki Ageng Selo berlangsung. Namun tak ada salahnya cerita kami review kembali.  Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 10 – 12 Juli 2008, bertempat SD Negeri 3 Selo, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah dan diikuti oleh Kepala Sekolah Dasar, 2 orang guru dan 1 orang Komite sekolah dari masing-masing sekolah binaan DBE 2 Jawa Tengah.

Workshop ini diselenggarakan dengan tujuan memperoleh kesepahaman bersama warga gugus agar dapat mengelola PSBG (Pusat Sumber Belajar Gugus) dengan baik. Kriteria PSBG yang baik tidak hanya ditentukan oleh gedung megah dan peralatan  canggih, tetapi ditentukan oleh bagaimana cara memanfaatkan barang- barang dan peralatan yang ada di PSBG agar dapat digunakan dan membantu para guru di dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

Bertindak sebagai fasilitator dalam pelatihan ini adalah; DLC, LRC/MTT, PBS dan Pengurus Gugus. Dalam pelatihan ini,  peserta diberi materi pelatihan yang meliputi:

  1. Integrasi kegiatan PSBG dengan kegiatan lain.
  2. Pengenalan program hibah dari DBE 2.
  3. Penggunaan starter kit.
  4. Penggunaan alat perga murah dalam pembelajaran.
  5. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
  6. Pengenalan ICT (Information and Communication Technology).

Workshop PSBG ini dapat membuka wawasan para peserta khususnya guru bahwa didalam penyampaian materi pelajaran perlu adanya media (alat bantu/peraga ). Seperti yang diutarakan oleh Slamet,S.Pd salah seorang peserta mengatakan bahwa dengan pelatihan seperti ini akan menambah pengetahuan dan ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Melalui pelatihan ini membantu para guru untuk dapat membuat alat peraga dari bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar dan dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa.

Hadir pada acara penutupan pelatihan, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Dasar Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, Bapak Sumartono, S.Pd., M.M. Dalam pidato sambutannya, beliau menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada DBE 2 Jawa Tengah yang telah membantu peralatan dan memberi pelatihan kepada warga gugus Ki Ageng Selo. “Semoga kegiatan seperti ini dapat membantu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Grobogan dalam meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan gugus Ki Ageng Selo khususnya dan Kecamatan Tawangharjo pada umumnya”, demikian ungkap Bapak Sumartono.

-Telah disunting oleh Aflah, ICT Assistant DBE 2 Jawa Tengah- 

Cerita Sukses dari “Workshop PSBG” di Gugus Ki Ageng Selo

Sudah hampir setahun yang lalu “Workshop PSBG” Gugus Ki Ageng Selo berlangsung. Namun tak ada salahnya cerita kami review kembali.  Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 10 – 12 Juli 2008, bertempat SD Negeri 3 Selo, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah dan diikuti oleh Kepala Sekolah Dasar, 2 orang guru dan 1 orang Komite sekolah dari masing-masing sekolah binaan DBE 2 Jawa Tengah.

Workshop ini diselenggarakan dengan tujuan memperoleh kesepahaman bersama warga gugus agar dapat mengelola PSBG (Pusat Sumber Belajar Gugus) dengan baik. Kriteria PSBG yang baik tidak hanya ditentukan oleh gedung megah dan peralatan  canggih, tetapi ditentukan oleh bagaimana cara memanfaatkan barang- barang dan peralatan yang ada di PSBG agar dapat digunakan dan membantu para guru di dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

Bertindak sebagai fasilitator dalam pelatihan ini adalah; DLC, LRC/MTT, PBS dan Pengurus Gugus. Dalam pelatihan ini,  peserta diberi materi pelatihan yang meliputi:

  1. Integrasi kegiatan PSBG dengan kegiatan lain.
  2. Pengenalan program hibah dari DBE 2.
  3. Penggunaan starter kit.
  4. Penggunaan alat perga murah dalam pembelajaran.
  5. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
  6. Pengenalan ICT (Information and Communication Technology).

Workshop PSBG ini dapat membuka wawasan para peserta khususnya guru bahwa didalam penyampaian materi pelajaran perlu adanya media (alat bantu/peraga ). Seperti yang diutarakan oleh Slamet,S.Pd salah seorang peserta mengatakan bahwa dengan pelatihan seperti ini akan menambah pengetahuan dan ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Melalui pelatihan ini membantu para guru untuk dapat membuat alat peraga dari bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar dan dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa.

Hadir pada acara penutupan pelatihan, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Dasar Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, Bapak Sumartono, S.Pd., M.M. Dalam pidato sambutannya, beliau menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada DBE 2 Jawa Tengah yang telah membantu peralatan dan memberi pelatihan kepada warga gugus Ki Ageng Selo. “Semoga kegiatan seperti ini dapat membantu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Grobogan dalam meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan gugus Ki Ageng Selo khususnya dan Kecamatan Tawangharjo pada umumnya”, demikian ungkap Bapak Sumartono.

-Telah disunting oleh Aflah, ICT Assistant DBE 2 Jawa Tengah- 

Siapa Bilang, Belajar Perlu Uang

 

jatipuroThere is a will, there is a way, ada kemauan, ada jalan. Begitulah istilah yang sudah kerap kita dengar. Banyak yang bilang belajar komputer itu sulit dan mahal, karena harus memiliki komputer sendiri atau kursus. Ada juga yang beralasan klasik, takut salah atau rusak.

Pemikiran demikian boleh, tetapi itu kekeliruan besar bagi para guru. Pengalaman telah membuktikan, bahwa komputer sebagai teknologi yang canggih dalam pemakaiannya sungguh menakjubkan bagi yang mengeksploitasinya. Kita harus memiliki landasan berpikir resiko kekeliruan atau salah program, tetapi cara mengatasinya juga cukup mudah. Kita cukup meng-undo jika kita mengalami kekeliruan atau menghapusnya. Dengan demikian keberanian belajar komputer tidak lagi menjadi momok bagi para guru, apalagi guru yang mengajar di pedesaan seperti Jatipuro ini.

Kejadian ini menjadi landasan berpikir bagi para guru di gugus Kartini Jatipuro Karanganyar. Dengan semangat ingin tahu dan maju para guru belajar sendiri lewat pendampingan teman guru satu sekolahnya yang telah belajar komputer di sekolah atau Pusat Sumber Belajar Gugus (PSBG), sehingga Gugus Kartini yang kondisi awalnya belum ada guru yang dapat mengoperasikan komputer, secara bertahap mendapat pelatihan lewat Intel Teach dan DALI pada akhir Maret 2009 masing-masing sekolah telah ada 4 (empat) orang guru yang telah dapat mengoperasikan komputer.

Bagi para guru tuntutan dapat mengoperasikan komputer tidak perlu berlebihan, yang utama menguasai bagian-bagian penting yang dapat menunjang tugas pokoknya yaitu mengajar. Misalnya membuat daftar nilai, membuat presentasi mengajar lewat power point dan mengolah data hasil ulangan. Anggota PSBG Kartini Jatipuro, Karanganyar Jawa Tengah telah melakukan, biarpun belum maksimal. Lewat Roll Out Intel teach mampu mengurangi hambatan bagi guru untuk belajar komputer. Guru yang malu dan takut tidak bisa, menjadi hilang, karena tutornya adalah temannya sendiri. Dengan pembagian waktu jadwal kegiatan roll out Intel Teach, ternyata mampu memotivasi guru belajar di PSBG.

Eksistensi PSBG Kartini Jatipuro Karanganyar secara nyata mampu membawa perubahan cara pandang guru dalam belajar komputer. Para guru memanfaatkan sumber yang ada untuk belajar. Dengan 2 komputer, 1 laptop, buku referensi, alat peraga pabrik dan buatan sendiri telah mampu menjadi daya tarik guru. Apalagi jika PSBG Kartini Jatipuro Karanganyar Jawa Tengah nanti ada 11 computer dan jaringan Internet bantuan DBE 2. Rasa optimis akan menjadi maksimal membawa kemajuan mutu sumber daya guru, akhirnya akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan dan kualitas outputnya.

Jadikan Pusat Sumber Belajar Gugus untuk melakukan perubahan. Berubah itu susah, tak berubah akan lebih susah lagi. Bener to…!

Ditulis :  Agus Siswanto (LRC Jatipuro Karanganyar) dan telah disunting oleh Aflah, ICT Assistant DBE 2 Jawa Tengah 

British Council Sharing Pengalaman Bersama DBE 2-USAID Sul-Sel

Berbagi pengalaman dengan rekan atau lembaga yang menggeluti bidang yang sama sungguh mengasyikkan. Toto Purwanto, Program Manager/Education Management dan Governent British Council yang mengembangkan program Pendidikan Dasar di Teluk Bintuni Propinsi Papua Barat menyempatkan diri berkunjung di Pusat Sumber Belajar Gugus (PSBG) Karya Mandiri Guru-Mamajang Kota Makassar, untuk berbagi pengalaman dengan Pengurus PSBG, Kepala Sekolah, dan MTT, serta DLC DBE 2 Sulawesi Selatan.

Toro Purwanto di sela-sela kunjungan memaparkan pengalaman dalam mengelola program pengembangan Pendidikan Dasar di Teluk Bintuni dan keingintahuannya dengan program yang dikelola DBE2. Membangun pendekatan penyadaran dan memotivasi guru untuk memiliki interest yang kuat di dalam program adalah point penting dalam diskusi menarik di ruang PSBG. Keseriusan Toto Purwanto menggali informasi seputar pengalaman guru, kepala sekolah dan pengurus PSBG melaksanakan program kerja, tantangan yang dihadapi dan prospek pasca selesainya program DBE 2 di Sulawesi Selatan.

Menurut Kadri Karim Ketua PSBG, bahwa mengajak guru dan siswa untuk memanfaatkan PSBG memiliki tantangan tersendiri, terutama memanfaatkan waktu luang untuk berkunjung dan menggunakan bahan dan alat di PSBG, harus punya kiat tersendiri. Pertama, memperkenalkan mereka akan fungsi PSBG, manfaaat bagi kualitas pembelajaran dan starter kits yang tersedia yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran guru di sekolah. Kami harus ber bukti terlebih dahulu, dan meyakinkan rekan guru.

Lain halnya yang disampaikan, Samsuddin, MTT 2 Mamajang kepada Toto Purwanto, bahwa pemanfaatan PSBG sesuai fungsinya, antara lain sebagai tempat pertemuan dan produksi, seperti pelatihan dan penggunaan starter kits, kegiatan pembuatan alat peraga murah dan pemanfaatan bahan ajar berbasis ICT dalam pembelajaran, yang harus dijadual dan diaptasikan dengan kegiatan guru di sekolah agar tidak saling mengganggu dan tumpang tindih. Program PSBG ada juga yang dilakukan secara mandiri untuk membiasakan guru dan kepala sekolah berswadaya atau swadana melakukan kegiatan. Pengalaman yang didapatkan oleh Toto Purwanto, menjadi bekal untuk memperkuat program di Teluk Bintuni. Diskusi menarik  serta informasi berharga dari sekolah binaan dan PSBG di Makassar dengan pengalaman mengelola program pendidikan dasar menjadi entry point bagi kemajuan pendidikan di Makassar dan Teluk Bintuni.

Harapan yang diikrarkan bersama antara Toto Purwanto dengan Tim DBE2 yang mendampingi  adalah keinginan kuat untuk tetap eksis dan berkelanjutan serta program ini mendapat yang layak dan berkelanjutan, walaupun DBE2-USAID telah meninggalkan Makassar atau British Council meninggalkan Teluk Bintuni. Suatu keinginan luhur yang perlu disambut oleh pengurus PSBG di seluruh binaan DBE2.

Toto Purwanto dari British Council, Teluk Bintuni Papua Barat berbagi pengalaman dengan pengurus PSBG

Toto Purwanto dari British Council, Teluk Bintuni Papua Barat berbagi pengalaman dengan pengurus PSBG

KKKS DAN KKG TAHAP II PAKET MATEMATIKA: SPIRIT HARI KARTINI PACU KINERJA GURU, KEPALA SEKOLAH, DAN PENGAWAS

Bulan April menyisahkan banyak catatan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, terutama tanggal 21 April yang merupakan tonggak sejarah perjuangan kaum hawa di negeri ini yang diprakarsai seorang pejuang wanita dari tanah Jawa. Saat ini masalah yang dihadapi adalah banyak kalangan kuatir akan merosotnya semangat juang Raden Ajeng Kartini yang dimulai sejak ratusan tahun silam. Bukunya yang terkenal, “Habis Gelap Terbitlah Terang”, menjadi spirit dan bukti tertulis perjuangan membangkitkan semangat kaum hawa memacu diri berprestasi dan berjuang meningkatkan harkat dan martabat kaumnya dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa spirit Kartini telah banyak memberikan andil yang besar perjuangan kaum hawa dalam mengisi kemerdekaan dan turut aktif dalam pembangunan diberbagai lapangan pekerjaan.

Kekuatiran berbagai kalangan akan memudarnya nilai-nilai perjuangan Kartini di abad ke-21 ini, tidak serta merta meluluhkan keinginan luhur kaum hawa di bidang pendidikan, guru, kepala sekolah dan pengawas untuk terus memacu diri membangun kompetensi mereka menyongsong pendidikan yang berkualitas, khususnya di Bumi Sawerigading, kabupaten Luwu dan di Bumi Nene’ Mallomo, kabupaten Sidrap, dengan dukungan fasilitator DBE2 Sul-Sel dan Mitra Perguruan Tinggi (UNM, UNISMUH Makassar) serta dari Departemen Agama.

Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan atau ditemukan solusinya. Salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh lembaga pendidikan di Indonesia adalah kurangnya daya dukung para stakeholders terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dalam satuan pendidikan. Selama ini masalah kegiatan pembelajaran dianggap sebagai tugas para guru di kelas semata, sehingga kepala sekolah, pengawas, komite sekolah, orang tua siswa, dan pihak-pihak terkait dari Dinas Pendidikan Nasional dan Departemen Agama cenderung belum mengoptimalkan dukungan untuk memecahkan masalah tersebut. Padahal diketahui bahwa pemecahan masalah yang dihadapi oleh sebuah lembaga pendidikan merupakan tanggung jawab bersama yang memerlukan keterlibatan semua pihak yang terkait, yakni para stakeholders—para pemangku kepentingan. Akibat dari pemecahan masalah kegiatan pembelajaran yang tidak menyeluruh, hanya bertumpu dan mengandalkan guru, adalah pencapaian yang kurang optimal. Dukungan para stakeholders perlu mendapat perhatian. Bila hasil pemecahan masalah belum optimal, tidak bisa diharapkan mutu pembelajaran di sekolah yang menggembirakan. Pembelajaran matematika tidak terlepas dari masalah mutu pembelajaran yang rendah.

Berdasarkan gambaran di atas, perlu ada upaya strategis untuk mengatasi masalah secara menyeluruh yang melibatkan para guru, kepala sekolah, pengawas, komite sekolah, orang tua murid, dan pihak-pihak terkait baik dari Dinas Pendidikan Nasional, maupun dari Departemen Agama. Mereka harus disadarkan untuk lebih mengoptimalkan peran masing-masing melalui pelatihan, lokakarya, dan lain sebagainya. Salah satu upaya tersebut adalah diadakannya pelatihan yang digagas oleh Decentralizied Basic Education 2 (DBE 2) yang merupakan proyek kerjasama USAID – Indonesia dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran pada pendidikan dasar di Indonesia. Salah satu sasaran pelatihan adalah kepala sekolah dari Dinas Pendidikan Nasional dan Departemen Agama. Melalui pelatihan semacam itu, diharapkan mereka mampu melakukan upaya strategis dalam lingkup tugas pokok, fungsi, dan wewenang mereka guna meningkatkan mutu pembelajaran matematika melalui pembelajaran matematika yang aktif, kontekstual, berbasis masalah, kooperatif, dengan memperhatikan dan mengakomodasi perbedaan gender dan gaya belajar anak. Dukungan penuh dari kepala sekolah dan pengawas sangat penting untuk peningkatan mutu pembelajaran ini sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Gagasan besar telah dilakukan diberbagai gugus binaan DBE2 Sulawesi Selatan, melalui program pelatihan KKKS dan KKG yang telah bergulir untuk tahap II. Kabupaten Luwu dan Sidrap telah dilaksanakan dan digulirkan tepat peringatan Hari Kartini, tanggal 21 sampai 23 April 2009 sebagai upaya untuk mensinergikan kebutuhan guru dan anak didiknya, serta kebutuhan kepala sekolah dan pengawas yang bersinergi dengan para guru, dengan tujuan: Membangun komitmen dan sikap proaktif guru, kepala sekolah dan pengawas untuk mendukung terselenggaranya proses pembelajaran matematika yang aktif, kreatif, efektif, kontekstual, dan menyenangkan di sekolah.

Secara khusus pelatihan ini bertujuan untuk:
• Memastikan guru, kepala sekolah, dan pengawas memahami pembelajaran matematika di SD.
• Menyiapkan guru dan kepala sekolah, serta pengawas untuk bekerja sesuai dengan standar kompetensinya.
• Mendorong guru, kepala sekolah untuk memahami hakekat pembelajaran matematika di SD.
• Mendorong guru dan kepala sekolah untuk mengklasifikasikan sumber-sumber dukungan yang dapat digunakan dalam mendukung pembelajaran matematika.
• Menyiapkan kepala sekolah untuk mengelola dukungan dan perubahan perilaku di sekolah-sekolah yang terkait dengan intervensi DBE 2.
• Menyiapkan kepala sekolah untuk mendukung dan menjadi partner bagi guru dan stakeholders dalam mengimplementasikan pembelajaran dan manajemen program DBE 2.

Pejuang pendidikan pelanjut cita-cita R.A.Kartini unjuk gigi di Pelatihan KKKS dan KKG II Paket Matematika

Pejuang pendidikan pelanjut cita-cita R.A.Kartini unjuk gigi di Pelatihan KKKS dan KKG II Paket Matematika

Pra ICT “GUGUS ABU UMAR” Kabupaten Blora (Latihan Komputer bagi Pemula)

 

Ruang PSBG  yang  se hari-hari   penuh dengan aktifitas anak-anak  yang melakukan  kegiatan, antara lain; membaca, melihat CD pembelajaran, dan praktek  mata pelajaran agama. Siang kemarin agak berbeda penampilannya.

Jam 09.30 WIB, beberapa rekan  PBS datang dengan  “semangat” menenteng tas yang lumayan besar memasuki   ruangan PSBG  yang cukup lengang  seperti sudah siap menyambut kedatangan mereka .

Apa gerangan yang mereka bawa ….????

Dalam rangka menindaklanjuti salah satu hasil rapat yang diadakan hari Rabu, 22 April  2009 yang lalu. Dalam rapat tersebut, Pengawas TK/SD, yakni Bapak Soedarto menghimbau agar guru-guru mulai belajar komputer dari sekarang, terutama PBS, agar kedepannya dapat memanfaatkan hibah ICT yang akan diterima PSBG dalam waktu yang tidak lama lagi.

dscf1578Rapat pengurus PSBG dan Pisah – Kenal MTT lama/baru pada tanggal 22 April 2009

Pelatihan hari pertama diadakan hari Sabtu, 25 April 2009 kemarin, diikuti 8 peserta ; 4 PBS, LRC, MTT, 1 Kep.Sek, dan 1 orang guru.

Dalam latihan ini , masing-masing membawa laptop dari rumah (maklum di PSBG  baru ada 1 komputer, itupun milik SD Kauman 1). Ternyata  beliau-beliau ini , rata-rata sudah mempunyai  laptop.  Awalnya menurut mereka, laptop tersebut  dibelikan untuk putra-putri mereka yang  kuliah. Begitu putra-putrinya sudah lulus, dan laptop nganggur di rumah, baru mempunyai krentek (minat  di dalam hati ) untuk belajar  menggunakannya.

Selain itu, semangat mereka muncul karena ada motivasi dan dorongan dari Bapak Soedarto untuk segera kursus, supaya tidak menunda-nunda lagi, “Toh, kalau bisa  keuntungannya  juga banyak, satu diantaranya, karena rata-rata mereka ini juga masih kuliah UT (Universitas Terbuka) untuk mengambil program  S1 dan tentunya prasarat kelulusannyapun salah satunya adalah  minimal tahu dan bisa mengoperasikan komputer, walau  tingkat dasar”, begitu ungkap Bapak Soedarto.

Latihan Pra ICT ini kami (LRC/MTT) maksudkan sebagai upaya  untuk mengenalkan  dunia TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) kepada PBS khususnya dan warga gugus pada umumnya. Sehingga pada saatnya nanti hibah ke II datang, kami semua sudah tidak awam lagi dalam hal ICT, selain dari itu juga kami mengakomodir keinginan kuat dari rekan-rekan PBS untuk belajar komputer agar  tidak sampai  mendapat julukan GAPTEKIN (Gagap Teknologi Komunikasi dan Informasi).

Waktu berlalu tanpa terasa. Ini disebabkan begitu antusiasnya  rekan-rekan ini  bertanya.  Mulai dari cara memegang mouse, sampai bagaimana  cara mengetik  dengan sepuluh jari  dengan bantuan program “Typing Master Pro”. Suasana  jadi ramai dan gembira. Kita jadi seperti menertawakan diri kita sendiri, menyadari  bahwa ternyata kita sangat ketinggalan jauh dengan anak ataupun cucu kita dalam hal teknologi.

Sungguh merupakan hal yang baru bagi peserta, di pelatihan ini mereka merasa slow and fresh dan tidak malu-malu  untuk bertanya apa saja yang  menurutnya kurang dipahami. Syukurlah, kami dipandu oleh instruktur muda, yakni Mas Agus Firman,  yang cukup sabar menuntun ibu-ibu guru yang haus  akan pengetahuan tentang komputer ini.

dscf16071Tekun mengikuti Pelatihan Dasar Komputer di PSBG Dwarawati Blora.

Adapun materi di pelatihan hari pertama ini antara lain :

  • Mengenalkan dunia TI (Teknologi dan Informasi) kususnya komputer.
  • Manfaat dan kegunaan komputer.
  • Cara menghidupkan dan mematikan komputer.
  • Pengertian Hardware dan Software. 

Metode  yang digunakan oleh instruktur adalah Learning by Practicing (Belajar sambil Praktek), karena menurutnya, memang strategi belajar  ini yang tepat buat pelatihan bagi ibu-ibu guru tersebut.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 13.00 WIB dan ibu-ibu  baru sadar bahwa tugas  sebagai ibu rumah tanggapun sudah menunggunya di rumah.  Dan pada akhir pelatihan ini  kami sepakat  untuk  melanjutkan di hari berikutnya  dengan menambah jadwal pelatihan menjadi 2x dalam 1 minggu , yaitu Rabu dan Sabtu. Sedangkan untuk jamnya kami geser  menjadi jam 14.00 sampai 16.15 WIB. Hal ini kami lakukan sebagai antisipasi  dan kesepakatan, agar tidak mengganggu jam mengajar  di sekolah maupun jam kerja rumah tangga di rumah.

Mudah-mudahan pelatihan ini nantinya akan banyak diikuti oleh warga gugus setelah kami  mengadakan sosialisasi program ke masing-masing SD/MI  se-Gugus Abu Umar  Kabupaten Blora…………..Amiin !!!!

 –Telah disunting oleh Aflah, ICT Assistant DBE 2 Jawa Tengah

Sangat Tinggi, Minat Masyarakat Mendaftarkan Anaknya ke Sekolah Binaan DBE 2

Sejak menjadi sekolah binaan DBE 2 Jawa Tengah dari awal tahun 2006, sekolah-sekolah di Gugus Raden Mas Said Karanganyar terus menunjukkan peningkatan prestasi yang sangat pesat. Salah satu sekolah binaan DBE 2 di gugus ini adalah Madrasah Ibtidaiyyah Muhammadiyah (MIM) Karanganyar.

Para guru di sekolah tempat dimana PSBG Raden Mas Said ini berada, setiap saat selalu berbenah untuk selalu mengembangkan kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik mereka. Seluruh warga sekolah selalu antusias dalam mengikuti dan mengimplementasikan pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh DBE 2, dimulai dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan), ITT (Initial Teacher Training), STW (School Team Work) dan yang akhir-akhir ini sangat hangat yaitu pelatihan DALI (Developing Active Learning with ICTs), yakni mengembangkan pembelajaran aktif dengan perangkat TIK.

Terkait DALI ini, beberapa guru MIM Karanganyar sudah memodifikasi sekaligus mengimplemntasikan  model-model dan strategi DALI dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Sehingga banyak sekolah yang melaksanakan study banding di MIM Karanganyar, diantaranya dari Kab. Klaten, Gorobogan, Sragen, bahkan MI dari DIY, serta menjadi rujukan PAKEM pendidikan dasar di Karanganyar.

foto-karanganyarSalah satu ruang seleksi kematangan anak

Sekolah yang mempunyai visi “berakhlaq mulia, tekun beribadah, terdepan dalam prestasi, menuju mardhatillah sejati” ini dalam tiga tahun terakhir meluluskan siswa-siswi yang menduduki peringkat pertama nilai UASBN tingkat kabupaten Karanganyar serta diterima di SMP favorit seperti program RSBI , akselerasi SMP Negeri I Karanganyar dan pondok pesantren seperti Gontor dan lain-lain.

Kepercayaan masyarakat terhadap MIM Karanganyar semakin meningkat tiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat sejak dibuka pendaftaran Penerimaan Murid Baru Tahun 2009-2010, yang dimulai tanggal 2 Maret sampai dengan 18 April, calon peserta didik yang mendaftar sejumlah 192 ,yang berasal dari TK/RA/BA se-kabupaten Karanganyar dan sekitarnya. Adapun calon peserta didik yang nantinya akan diterima sebagai peserta didik hanyalah 120 saja.

Karena pendaftar yang melebihi daya tampung siswa. Pada tahun ajaran 2009/2010 ini, MIM Karanganyar mengadakan pendataan (seleksi) kematangan calon peserta didik. Pendataan ini dilaksanakan pada hari Ahad, tanggal 19 April 2009 pukul 08.00 bertempat di MI Muhammadiyah Jln. Citarum I No.09 Karanganyar. Adapun materi pendataan kematangan calon peserta didik ini adalah meliputi:  materi umum (baca, tulis, dan hitung), penerapan agama (hafalan do’a harian, surat pendek dan pengenalan huruf Arab), serta wawancara dengan orang tua/wali murid.

karanganyar2Wawancara dengan calon wali murid,

Ditulis : LRC  gugus Raden Mas  Said, Karanganyar.