Ice Breaking (Tips-2: Menjadi Fasilitator Idola)

Menjadi fasilitator idola bukanlah hal yang sulit. Semua orang bisa untuk menjadi fasilitator yang hebat, tidak terbatas pada usia maupun tingkat pendidikan. Asalkan ada kemauan dan motivasi untuk menjadi seorang fasilitator, saya yakin semua orang dapat menyandang gelar sebagai fasilitator idola.

Ice Breaking

Ice Breaking

Pada Tips 1 saya sudah menjelaskan bahwa untuk menjadi fasilitator yang baik, kita hanya perlu ingat “Penampilan IM3”. Tentang penampilan seorang fasilitator idola sudah kita bahas pada tips 1. Sekarang akan kita bahas tentang IM3 (Ice breaking, Materi, Metode dan Media). Karena keterbatasan halaman dalam blog ini, maka edisi kali ini kita terlebih dahulu fakus membahas tentang ICE BREAKING.

Mengapa fasilitator perlu menguasai ICE BREAKING?

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat focus. 

Dalam suatu pelatihan hal tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius. Seorang fasilitator harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa peserta sudah tidak dapat konsentrasi lagi. Apa yang harus dilakukan oleh seorang fasilitator ketika melihat gejala demikian? Berilah Ice breaking atau energizer.

Ada banyak macam energizer atau ice breaking yang dapat digunakan dalam pelatihan. Namun jika dilihat dari metodenya dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis.

  1. Jenis yel-yel
  2. Jenis tepuk tangan
  3. Jenis menyanyi
  4. Jenis gerak dan lagu
  5. Jenis gerak anggota badan
  6. Jenis games

Untuk mengenal lebih jauh tentang energizer atau ice breaking, kali ini akan saya berikan beberapa contoh singkat dari masing-masing jenis tersebut. Tapi kalau anda menghendaki tahu lebih banyak tentang ice breaking ataupun energizer bisa membaca buku saya yang berjudul ICE BREAKING DAN ENERGIZER YANG MENDIDIK. Berikut beberapa contoh singkat dari Ice breaking dan energizer tersebut :

1. Jenis yel-yel

Yel-yel walaupun sederhana tetapi mempunyai tingkat “penyembuh” yang paling baik dibanding jenis lain. Dengan melakukan yel-yel selain konsentrasi menjadi pulih kembali, juga dapat menumbuhkan semangat yang tinggi dari peserta pelatihan untuk melanjutkan pelatihan. Selain itu yel-yel juga terbukti efektif untuk menanamkan esprit de corp atau kekompakan tim dalam suatu pelatihan.

Banyak jenis yel yang bisa dilakukan dalam suatu pelatihan, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai dari yel tersebut. Di sini akan saya jelaskan sebagai berikut:

  1. Jika fasilitator ingin memusatkan perhatian kembali tanpa harus berteriak-teriak,” bapak-bapak dan ibu-ibu mohon ketenangannya karena materi berikut sangat penting!”. Kalau hal itu yang kita lakukan tentu sangatlah tidak efektif. Semakin keras kita berteriak semakin gaduh pula suasana ruang pelatihan. Semakin sering kita berteriak semakin tidak terhormat pula seorang fasilitator.

Bagaimana strateginya? Terlebih dahulu kita membuat kesepakatan-kesepakatan untuk melakukan yel-yel tertentu. Yel yang paling sering untuk tujuan ini adalah model-model sapa jawab.

Contoh:

Fasilitator menyapa Peserta menjawab
Halo Hai
Hai

Halo

Apakabar

Luar biasa

Selamat pagi

Siap-siap

Selamat siang

Kerja keras

Selamat sore

Terima gaji

Selamat malam

Enak tenan

Kita kembali ke…

Laptop

Are you ready?

Yes

Dsb

Yel-yel tersebut dapat diciptakan sendiri berdasarkan kesepakatan bersama dengan peserta pelatihan. Jika fasilitator memandang peserta gaduh karena berbicara sendiri maka dapat menggunakan salah satu sapa jawab di atas.

 

  1. Yel juga sering digunakan untuk memompa semangat kerja tim dalam kerja kelompok. Yel-yel model ini biasanya sering digunakan untuk mengawali pekerjaan kelompok ataupun dalam mengakhiri kerja kelompok. Misalnya pada saat pelatihan peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok dipersilahkan membuat yel-yel yang dapat memotivasi mereka untuk lebih semangat atau bahkan agar mempunyai daya kompetisi yang tinggi. Di sini yel-yel yang mereka ciptakan akan sangat berfariasi sebab jika ada 10 kelompok, maka akan terdapat 10 yel yang berbeda-beda.

Yel-yel yang muncul seperti:

Pring reketek, gunung gamping ambrol

Pasti Kelompok anggrek yang paling jempol

Kelompok mawar………

Oke-oke.. yes..

Dsb.

2. Jenis tepuk tangan

Tepuk tangan pada awalnya adalah merupakan salah satu ekspresi kegembiraan disamping tertawa. Biasanya kegembiraan yang diekspresikan dengan tepuk tangan adalah saat mendengar atau melihat diri kita atau orang lain yang memiliki hubungan dekat dengan kita mengalami suatu keberhasilan tertentu. Misalnya kita mendengar kabar kita dinyatakan lulus ujian, atau bisa juga anak kita sedang memenangi suatu perlombaan tertentu.

Ice breaking atau energizer jenis tepuk dapat dilakukan oleh siapa saja. Bagi peserta yang kurang suka menyanyi atau juga peserta yang kurang memiliki rasa percaya diri biasanya memilih model ini. Tepuk tangan juga sangat bagus dilakukan oleh siapa saja dengan tidak melihat usia. Dari anak kecil samapai orang tua tetap pantas melakukan jenis ini.

Untuk kepentingan energizer dalam pelatihan, tepuk tangan dapat dimodifikasi menjadi banyak sekali modelnya. Pada kesempatan ini saya akan memberikan beberapa model tepuk tangan, klik di sini

12 Tanggapan

  1. Bagus. Tulisan-tulisan seperti ini perlu di share dengan teman-teman guru.
    Satu hal yang selalu membuat saya risih kalau melihat atau mendengarnya adalah semboyan Hai dan Hallo karena terlalu Amerika. Sapaan paling lazim/ spontan untuk orang (yang belum/tidak dikenal) adalah Hai (Hi). Berpapasan dengan orang/ mahasiswa lain di jalan atau tempat umum kata paling manjur untuk memecah kekakuan adalah .. hai.
    Saya melihat nya aneh begitu sapaan ini menular ke guru-guru kita di kecamatan / desa menarik perhatian murid2nya dengan hai – hello. Apaladi di lingkungan Madrasah.
    Waktu di Makasar dua hari lalu juga saya sarankan teman-teman yang memfasilatasi training Active Learning for Higher education untuk dosen-dosen UNCEN daripada memasyarakatkan Hai-hello sebaiknya cari sapaan daerah yang lebih kena / membumi. Akhirnya ditemukan sapaan ala Papua : FOI …. MOI… atau dibalik MOI…. jawabnya ….FOI.

  2. Terima kasih banyak pak Arief atas masukannya. Memang benar apa yang dikatakan bapak, dan dibeberapa daerah pernah ada protes tentang “halo-hai” terutama daerah yg berbasis islam. Pernah juga mereka mengususlkan sapa Allahu akbar jawab la illaha ilallah. Tapi barangkali kedua salam sapa tersebut terlalu “bermerk” ya ? Saya yakin berdasarkan masukan bapak Arief, akan menjadi masukan yang “mengkreatifkan” teman-teman fasilitator di lapangan.

  3. Betul sekali Pak Arief, saya juga pernah mendengar cerita seperti itu dari teman-teman DLC dari Aceh. Sepertinya lokalisai menjadi solusi menarik untuk teknik menyapa ini… Salut buat Pak Sunarto yang selalu membuat tulisan-tulisan kreatif di blog ini. Terus berkarya pak! 🙂

  4. Thanks Pak Sunarto dan Pak Arief, saya jadi belajar dari diskusi di atas, memang merupakan tantangan bagi seorang fasilitator untuk membuat peserta pelatihan mau dengan cepat kembali berkonsentrasi kepada pelatihan yang sedang dijalankan.

    Bravo DBE2!!

  5. Sangat sederhana namun masuk akal. Yang penting adalah jangan sampai audience kehilangan ketertarikan dengan materi yang kita sampaikan

  6. YA…saya juga harus belajar banya dari para fasilitator, karena guru khan fasilitator juga….

  7. ok bgt Pak… boleh dicontoh tuh

  8. nice article to share….

  9. trims atas ilmunya,semoga dilain kesempatan di tambah lagi dgn yang lebih kreatif.

  10. Bismillah,,

    Izin di copy yah,,,

  11. terima kasih sekali….pak…artikel ini sangat membantu saya untuk belajar lebih banyak….semoga lebih banyak yang saya dapatkan….dan banyak juga bapak share..yang lebih bagus lagi..

Tinggalkan komentar